AKTIVA TETAP
Pengertian
Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan.
Aktiva tetap ini dicantumkan di Neraca dalam lajur assets (Aktiva) dengan judul Land, Building & Equipment, Fixed Assets, Tangible Assests, Property and Equipment atau aktiva tetap dan lain-lain.
PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) mendefinisikan sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yamg digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimakudkan untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non depreciable), dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable), mencakup tanah/hak atas tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya ataupun sumber-sumber alam. Aktiva tetap lazimnya dicatat sejumlah harga perolehannnya.
PAI memisahkan aktiva tidak berwujud dari kelompok aktiva tetap, menurut PAI aktiva tidak berwujud adalah sebagai berikut :
Aktiva yang tidak berwujud mencerminkan hak-hak istimewa atau po-sisi yang menguntungkan perusahaan dalam menghasilkan penda-patan. Hak Paten, hak cipta, franchise, goodwill adalah jenis-jenis aktiva yang tidak berwujud pada umumnya.
General Accepted Accounting Principle (GAAP) menggunakan istilah Property Plant, dan Equipment dan mendefinisikannya sebagai berikut :
Aktiva yang sifatnya dipakai terus-menerus dan digunakan dalam kegiatan produksi, penjualan barang, penjualan aktiva lain, atau pembelian aktiva lainnya yang bukan untuk dijual.
Sedang aktiva tidak berwujud didefinisikan sebagai berikut :
Aktiva perusahaan yang sifatnya tidak lancar, tidak berwujud. Pemilikan terhadap aktiva ini dimaksudkan akan memberikan keuntungan pada pemilik, seperti Goodwill, Trade Mark, Patents, Copy right dan lain-lain.
Smith dan Skousen dalam bukunya Intermediate Accounting (1995) juga membagi assets atas dua bagian yaitu :
1 Berwujud (Tangible)
2 Tidak berwujud (Intangible)
Plant Assest atau sering juga disebut aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan terus-menerus, seperti Lahan, Bangunan, Perabot, Mesin dan Peralatan lain.
Intangible Assets merupakan aktiva yang tidak dapat langsung dilihat, bukti keberadaannya hanya dilihat dari akte perjanjian, kontrak, dan lain-lain seperti : Goodwill, Patent, Franchise dan lain-lain.
Dari berbagai definisi tersebut dapat kita lihat banyak persamaannya.
Penggolongan
Aktiva tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain :
a. Sudut Substansi, Aktiva Tetap dapat dibagi :
1 Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung dan Peralatan.
2 Intangible Assests atau aktiva tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill, Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise dan lain-lain.
b. Sudut Disusutkan atau Tidak disusutkan :
1 Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan) Machinary (Mesin), Inventaris dan lain-lain
2 Undepreciated Plant Assets, aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti Land (Tanah/Lahan).
c. Berdasarkan Jenis :
1 Lahan
2 Bangunan Gedung
3 Mesin
4 Kendaraan
5 Perabot
6 Inventaris/Peralatan
7 Prasarana.
Perolehan (acquisition)
Dalam masa ini kegiatan yang ada adalah proses perolehan aktiva tetap. Yang menjadi permasalahan akuntansinya adalah dengan cara bagaimana aktiva itu diperoleh perusahaan sehingga menjadi miliknya. Proses perolehan di sini dimaksudkan mulai sejak pembelian, pengangkutan aktiva, pemasangan sampai aktiva itu siap untuk dipakai dalam proses produksi atau kegiatan operasi perusahaan.
Ketentuan pencatatan pada saat perolehan itu adalah sebagai berikut :
PAI memberikan pedoman pencatatan sebagai berikut:
Aktiva tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dicatat berdasarkan harga beli ditambah biaya yang terjadi dalam rangka menempatkan aktiva tersebut pada kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan, seperti; bea masuk, pajak penjualan, biaya pengangkutan, biaya pemasangan, dan lain-lainnya.
Dalam praktek bisnis, ada beberapa cara perolehan aktiva tetap, yaitu :
1 Pembelian Kontan
2 Pembelian secara kredit jangka panjang
3 Pembelian surat berharga
4 Diterima dari sumbangan* atau ditemukan sendiri
5 Dibangun sendiri**
6 Tukar tambah***.
*) PAI menggariskan pedoman sebagai berikut :
Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan perkiraan “Modal yang berasal dari sumbangan”
**) PAI menyatakan sebagai berikut :
Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aktiva tersebut hingga siap dipergunakan.
***) PAI memberikan pedoman sebagai berikut :
Aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi pertukaran non moneter biasanya dinilai sebesar nilai wajar dan aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan yang mana lebih layak berdasarkan data/bukti yang tersedia. Bila menyangkut pertukaran dengan aktiva yang tidak sejenis, perbedaan antara nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai nilai wajar yang digunakan sebagi dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap, kecuali dalam hal pertukaran dengan aktiva sejenis di mana laba yang timbul akan ditangguhkan.
Penyusutan (Depreciation/Depresiasi)
Yang dimaksud dengan penyusutan menurut akuntansi adalah :
“Pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggu-naannya”, atau dapat juga kita sebut sebagai “biaya yang dibebankan terhadap produksi akibat penggunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi”.
PAI menggariskan metode penyusutan sebagai berikut:
“Penyusutan aktiva tetap harus dilakukan secara layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.”
Beberapa Faktor Yang Menentukan Beban Penyusutan :
1 Harga pokok
2 Nilai Residu/Nilai Sisa (Residual atau Salvage Value)
Adalah nilai taksiran realisasi (penjualan melalui kas) aktiva tetap tersebut setelah akhir penggunaannya atau pada saat mana aktiva tetap itu harus ditarik dari kegiatan produksi. Nilai residu ini ini tidak mesti harus ada, bisa saja harga pada saat dibesituakan adalah nihil.
3 Umur Teknis
Adalah taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam kegiatan produksi. Umur yang dimaksud di sini ada dua yaitu :
(a) Umur Fisik, yakni berapa lama aktiva tetap itu secara fisik mampu memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Umur fisik dapat berakhir disebabkan kerusakan, hancur, terbakar, meledak dan lain-lain.
(b) Umur Fungsional/Ekonomis, yakni berapa lama aktiva tetap itu mampu untuk memproduksi barang-barang yang dapat ditawarkan dan diteri-ma masyarakat. Aktiva tetap yang secara teknis/fisik masih berjalan belum tentu dianggap memiliki umur fungsional, misalnya apabila produksnya dianggap tidak laku atau sudah ketinggalan jaman.
4 Pola Pemakaian
Pola pemakaian aktiva tetap itu dalam kegiatan produksi harus dipertim-bangkan dalam hubungannya dengan pembebanan penyusutan.
Metode pencatatan penyusutan
Jurnal pembebanan biaya penyusutan adalah sebagai berikut :
Biaya Penyusutan ……….. xxxx - -
Akumulasi penyusutan - - xxxx
Beberapa Metode Penyusutan
Metode penyusutan dapat dijelaskan sebagai berikut :
I Metode yang berdasarkan pada factor waktu
Metode ini terbagi empat, yaitu :
1 Straight Line Method
2 Decreasing-charge depreciation;
(a) Sum of year digit method
(c) Declining balance mehod
(c) Double declining method
3 Annuity method
4 Sinking Fund Method
II Metode yang berdasarkan pada factor penggunaan
1 Service-hour method
2 Productive-output method
III Group and composite rate method
1 Group depreciation
2 Composite depreciation
Straight Line Method/sama-rata/Metode Garis Lurus/persentase tetap
Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu. Sehingga beban penyusutannya dihitung sebagai berikut :
C – S 100%
D = atau Dalam persentase = = d % n n
di mana :
D= Beban Penyusutan (depreciation)
C = Harga Pokok Aktiva/Harga Perolehan
S = Salvage Value (nilai residu)/Nilai Sisa
n = Useful atau umur ekonomis.
Contoh:
Sebuah aktiva tetap dibeli dengan harga Rp 100.000,00 nilai residu ditaksir Rp 5.000,00 sedang umur ekonomis penggunaannya ditaksir 5 tahun.
Beban penyusutan per tahun adalah :
Rp 100.000,- Rp 5.000,00
Penyusutan = = Rp 19.000,00/Tahun 5 tahun
100%
atau Depresiasi = = 20% x (Rp 100.000,00 – Rp 5.000,00) 5
= 20% x Rp 95.000,00
= Rp 19.000,00/Tahun
Tabel 1 : Penyusutan Menurut metode straight Line
Akhir tahun | Harga Pkok | Penyusutan |
Akumulasi Penyusutan
| Nilai Buku |
0 | 100.000 | - | - | 100.000 |
1 | 100.000 | 19.000 | 19.000 | 81.000 |
2 | 100.000 | 19.000 | 38.000 | 62.000 |
3 | 100.000 | 19.000 | 57.000 | 43.000 |
4 | 100.000 | 19.000 | 76.000 | 24.000 |
5 | 100.000 | 19.000 | 95.000 | 5.000 |
|
Sum of Year Digit Method
Dalam metode ini beban penyusutan pada mulanya tinggi dan selan-jutnya semakin menurun. Beban penyusutan ini dihitung dengan cara men-jumlahkan semua angka (digit) umur aktiva itu..
Dengan mengambil contoh di atas maka penyusutan adalah sebagai berikut :
Total digit = 1+2+3+4+5 = 15
Atau dengan Rumus :
n + 1 5 + 1
Dep. = x n = x 5 = 15 2 2
Daftar penyusutan menurut metode sum of year digit method adalah sebagai berikut :
Tahun | Cost | Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
0 | 100.000 | - | - | 100.000 |
1 | 100.000 | 5/15 x (1000-5.00) = 31.667 | 31.667 | 68.333 |
2 | 100.000 | 4/15 x (1000-5.00) = 25.333 | 57.000 | 43.000 |
3 | 100.000 | 3/15 x (1000-5.00) = 19.000 | 76.000 | 24.000 |
4 | 100.000 | 2/15 x (1000-5.00) = 12.667 | 88.667 | 11.333 |
5 | 100.000 | 1/15 x (1000-5.00) = 6.333 | 95.000 | 5.000 |
Jumlah Penyusutan = 95.000 |
Declining Balance
Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan persentase yang dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan terhadap nilai buku. Oleh karena itu beban penyusutan semakin lama semakin mengecil. Filosofinya sama dengan sum of years digit method. Persentasenya dihitung sebagai berikut :
r = 1 - S:C
Dimana : S = Salvage Value (Nilai Sisa); C = Cost (Harga Perolehan)
Dari catatan di atas dapat diketahui bahwa :
r = 1 - 5000 (:) 100.000
r = 1 - 0,05
r = 0,4507 = 45% (dibulatkan)
r = rate = persentase penyusutan
Perlu ditambahkan bahwa persentase ini dapat dibulatkan untuk menghindari angka-angka pecahan. Jika nilai residu tidak ada dapat dipakai angka Rp 1,00
Tahun | Beban Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Residu |
1 | 45% x 100.000 = 45.000,00 | 45.000,00 | 55.000,00 |
2 | 45% x 55.000 = 24.750,00 | 69.750,00 | 30.250,00 |
3 | 45% x 30.250 = 13.612,00 | 83.362,00 | 16.637,50 |
4 | 45% x 16.637,50 = 7.486,88 | 90.849,38 | 9.150,62 |
5 | 45% x 9.150,62 = 4.117,78 | 94.967,16 | 5.032,84 |
Jika tidak ada pembulatan maka nilai buku pada akhir tahun ke-5 menjadi sama dengan nilai residu yaitu sebesar 5.000 bukan 5.032,84 seperti di atas.
Double Delening Balance
Metode ini hampir sama dengan metode declining balance di atas. Perbedaannya hanya dalam menentukan persentase. Dalam menentukan persentase dalam metode ini dihitung dengan cara melipatduakan persen-tase penyusutan Straight Line.
Berdasarkan contoh di atas, persentase ini dikalikan dengan nilai buku maka dapat disusun tabel penyusutan sebagai berikut :
Tahun | Beban Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
0 | - | - | 100.000 |
1 | 40% x 100.000 = 40.000 | 40.000 | 60.000 |
2 | 40% x 60.000 = 24.000 | 64.000 | 36.000 |
3 | 40% x 36.000 = 14.400 | 78.400 | 21.600 |
4 | 40% x 21.600 = 8.640 | 87.040 | 12.960 |
5 | 40% x 12.960 = 5.184 | 92.224 | 7.776 |
Jumlah ……………….. 92.224 |
ANNUITY & SINKING FUND METHOD
Dalam Metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehannya dianggap sebagai Present value yang didiskontokan dari jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Dalam metode ini pe-nyusutan dianggap merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga pokok asset yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan.
Biaya penysutan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Harga Pokok – Present Value Nilai Sisa
Depresiasi= PVIFn i
C – PV n i NS
Atau Depresiasi = PVIFn i
Catatan : Rumus
1
. Present Value (PV) = (1 + i) n
1
. Nilai sekarang dari “Annuity” (PVIF) = - 1
(1 + i) n
i
(abaikan hasil perhitungan negatif)
Contoh :
Sebuah peralatan yang dibeli sebesar Rp 800.000,00 ditaksir nilai residunya Rp 67.388,- tingkat bunga 10% Taksiran umur 5 tahun, penyusutan dapat dihitung sebagai berikut :
Rp 800.000 - PV5 10 67.388
D = PVIF5 10
Rp 800.000 – (67.388 x 0.620921)
D = 3.790787
D = Rp 200.000,-
Dari perhitungan ini dapat diketahui bahwa beban penyusutan adalah Rp 200.000,- per tahun. Angka inilah yang di distribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest Revenue dihitung 10% dari nilai buku. Penyajian beban penysusutan, Interest revenue dan akumulasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tahun | Penyusutan | Implicit Interest Revenue 10% | Akumulasi Penyusutan per tahun | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
0 | - | - | - | - | 800.000 |
1 | 200.000,- | 80.000 | 120.000 | 120.000 | 680.000 |
2 | 200.000,- | 68.000 | 132.000 | 252.000 | 548.000 |
3 | 200.000,- | 54.800 | 145.200 | 397.200 | 402.800 |
4 | 200.000,- | 40.280 | 159.720 | 556.920 | 243.080 |
5 | 200.000,- | 24.308 | 175.692 | 732.612 | 67.388 |
| 1.000.000 | 267.388 | 732.612 | - | - |
Jurnal penyusutan :
Tahun 1 : Biaya penyusutan Rp 200.000,- - -
Interest revenue - - Rp 80.000,-
Akumulasi penyusutan - - Rp 120.000,-
Tahun 2 : : Biaya penyusutan Rp 200.000,- - -
Interest revenue - - Rp 68.000,-
Akumulasi penyusutan - - Rp 132.000,-
Dan seterusnya ……………
Metode Sinking Fund
Dalam metode ini penyusutan dianggap sebagai kenaikan nilai dari dana yang dikumpulkan untuk pergantian aktiva. Di sini diasumsikan penyusutan merupakan dana yang dikumpulkan untuk mengganti aktiva itu pada akhir umur ekonomisnya. Untuk mengetahui angka penyusutan maka pertama-tama dihitung dulu sinking fund yang harus dideposit. Dari jumlah ini akan diterima jumlah deposit dan bunganya inilah merupakan beban penyusutan.
Rumus : Sinking Fund Deposit (SFD)
C – NS
SFD = S n. n i
Nilai Majemuk Annuity (Sn) taksiran umur pada tingkat bunga tertentu)
Dari contoh di atas kita pakai maka :
Rp 800.000,- - Rp 67.388,-
SFD = Sn 5 Tahun 10%
732.612
SFD = 6,1051
SFD = Rp 120.000,-
Rumus :
(1 + i)n - 1
. Nilai Manjemuk Annuity = i
Perhitungan penyusutan, akumulasi, dan nilai buku dapat dilihat dari tabel sebagai berikut ini :
Tahun | Deposit tahun | Interest Revenue 10% | Total | Total Dana | Biaya Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
0 | - | - | - | - | - | - | 800.000 |
1 | 120.000 | - | 120.000 | 120.000 | 120.000 | 120.000 | 680.00 |
2 | 120.000 | 12.000 | 132.000 | 252.000 | 132.000 | 252.000 | 548.000 |
3 | 120.000 | 25.200 | 145.200 | 397.200 | 145.200 | 397.200 | 402.800 |
4 | 120.000 | 39.720 | 159.720 | 556.920 | 159.720 | 556.920 | 243.080 |
5 | 120.000 | 55.692 | 175.692 | 732.612 | 175.692 | 732.612 | 67.388 |
| 600.000 | 132.612 | 732.612 | - | 732.612 | - | - |
Jurnal penyusutan :
Tahun 1 : Sinking fund Rp 120.000,- - -
Biaya Penyusutan Rp 120.000,- - -
Kas - - Rp 120.000,-
Akumulasi Penyusutan - - Rp 120.000,-
Tahun 2 ; Sinking fund Rp 132.000,- - -
Biaya Penyusutan Rp 132.000,- - -
Kas - - Rp 120.000,-
Interest Revenue - - Rp 12.000,-
Akumulasi Penyusutan - - Rp 132.000,-
Sumber : Mosichiln dan Larsen, E. John:’Intermediate Accounting” McGraw Hill Book Coiry 6 th ed, 1986
Service – Hours Method
Metode ini beranggapan bahwa nilai aktiva tetap adalah merupakan sejumlah jam produksi, sehingga taksiran umur aktiva tetap itu tergantung pada jumlah jam kerja produksi yang dipakainya. Dalam hal ini beban penyusutan dihitung sesuai dengan penggunaan jam kerja aktiva itu yang dipakai dalam memproduksi. Beban/tarip penyusutan per jam dihitung sebagai berikut :
C - S
Dep. = = Per Jam Taksiran Jam Kerja Produktif Seluruhnya
Contoh :
Dengan menggunakan ilustrasi di atas dan jam kerja aktiva tetap itu dimisalkan 50.000 jam maka penyusutan per jam adalah sbb :
Rp100.000,- - Rp 5.000,-
Dep= = Rp 1,90 Per Jam 50.000 Jam
Jika seandainya dalam tahun 20xx aktiva itu bekerja selama 12.000 Jam, maka beban penyusutan adalah :
Dep. = 12.000 Jam x Rp 1,90 = Rp 22.800,-
Productive Output Methode
Metode ini hampir sama dengan metode service-hour method. Jika pada metode tersebut Jam Kerja dijadikan sebagai dasar perhitungan, di sini Jam Kerja digambarkan oleh Output Produksi dalam Unit. Jadi penyusutan dihitung sebagai berikut :
Total produksi dalam tahun yang bersangkutan dikali rate penyusutan per output (produk), dengan rumus tarip :
C – S
Dep. = = Per Produk (Output) Total Taksiran output (produksi)
Aktiva yang bersangkutan
Jika dalam ilustrasi di atas ditaksir bahwa aktiva tetap itu akan dapat mem-produksi 500.00 unit, maka penyusutan per unit output adalah :
Rp 100.000 – Rp 5.000
Tarip Dep. = = Rp 0,19 per unit 500.000 unit
Jika dalam tahun pertama produksi 150.000 unit, maka penyusutan akan menjadi : 150.000 unit x Rp 0,19 = Rp 28,500,-
Group Dan Composite Rate
Dalam perhitungan penyusutan di atas semua penyusutan didasarkan kepada tiap unit (induvidual) aktiva tetap bersangkutan. Dalam metode group dan composite ini diterapkan bukan secara induvidual tetapi secara keseluruhan, secara kelompok (group). Di bawah ini akan kita bedakan metode Group dan Composite.
Group Depreciation
Dalam metode ini aktiva yang sejenis dikelompokkan sebagai suatu kelompok tersendiri. Penyusutannya digabungkan dalam satu perkiraan ter-sendiri dan tingkat penyusutannya dihitung berdasarkan rata-rata umur seluruh aktiva.
Dengan system ini maka tidak akan ada nilai buku aktiva tetap per unit dan tidak ada aktiva tetap yang dihapuskan 100%. Penyusutan dicatat berdasarkan sisa aktiva tetap yang ada tanpa memandang umurnya. Jika ada aktiva tetap yang ditarik atau dijual jangan dicatat Laba/Rugi. Dalam metode ini selalu digunakan metode penyusutan straight Line Method.
Contoh : (dalam ribuan)
Misalkan 10 mesin yang rata-rata umurnya 5 tahun dibeli seharga Rp 400.000,- Dari jumlah ini 3 mesin ditarik pada akhir tahun ke-4, empat (4) buah mesin pada akhir tahun ke-5 dan sisanya pada akhir tahun ke-6. berdasarkan metode ini maka penyusutan adalah sbb :
Akhir Tahun | Penyusutan (20%) per tahun | Cost | Akm. Penyusutan | Nilai Buku |
Mutasi | Mutasi |
Dr | Cr | Sisa | Dr | Cr | Jumlah |
0 | - | 400.000 | - | 400.000 | - | - | - | 400.000 |
1 | 80.000 | - | - | 400.000 | - | 80.000 | 80.000 | 320.000 |
2 | 80.000 | - | - | 400.000 | - | 80.000 | 160.000 | 240.000 |
3 | 80.000 | - | - | 400.000 | - | 80.000 | 240.000 | 160.000 |
4 | 80.000 | - | - | 400.000 | - | 80.000 | 320.000 | 80.000 |
5 | 56.000 | - | 120.000 | 280.000 | 120.000 | 56.000 | 176.000 | 24.000 |
6 | 24.000 | - | 160.000 | 120.000 | 160.000 | 24.000 | 400.000 | - |
Catatan :
Untuk 10 mesin penyusutannya adalah Rp 80.000,- atau Rp 8.000 per unit. Tahun ke 1, 2, 3 dan 4 mesin yang dipakai adalah 10 buah sehingga pengusutannya Rp 80.000,- (20% x Rp 400.000,-), tahun ke –5 mesin yang dipakai adalah 7 buah sehingga penyusutannya Rp 56.000,- (20% x Rp 280.000,-) tahun ke-6 mesin yang dipakai adalah 3 buah sehingga penyusutannya Rp 24.000,- (20% x Rp 120.000,-).
Jumlah Nilai Aktiva = Rp 400.000,- (:) 10 mesin = Rp 40.000,-per mesin
(a) Tahun ke 1, 2, 3 & 4 = 10 mesin x Rp 40.000,- = Rp 400.000,-
(b) Tahun ke-5 = 7 mesin x Rp 40.000,- = Rp 280.000,-
(c) Tahun ke-6 = 3 mesin x Rp 40.000,- = Rp 120.000,-
Jika 3 buah mesin yang ditarik pada akhir tahun ke-4, ternyata laku dijual seharga Rp 20.000,- maka transaksi ini di Jurnal sebagai berikut :
Kas Rp 20.000,- - -
Akm. Penyusutan Rp 100.000,-
Mesin - - Rp 120.000,-
Jika tidak laku dijual :
Akm. Penyusutan Rp 120.000,- - -
Mesin - - Rp 120.000,-
Tetapi seandainya metode penyusutan bukan berdasarkan group tetapi berdasarkan unit maka Jurnal 3 buah mesin itu adalah sebagai berikut :
Kas Rp 20.000,- - -
Akm. Penyusutan Rp 96.000,- - -
Rugi Penjualan mesin Rp 4.000,- - -
Mesin - - Rp 120.000,-
Penyusutan sebesar Rp 96.000,- adalah (4/5 x Rp 120.000,-) karena aktiva tetap tersebut telah dipakai selama 4 tahun. Jadi di sini ada kerugian sebesar Rp 4.000,- yang dihitung dari Rp 120.000,- (-) Rp 96.000,- = Rp 24.000,- dan jumlah ini dibandingkan dengan harga jual Rp Rp 20.000,- sehingga kerugian dari penjualan mesin adalah Rp 4.000,- (Rp 24.000,- - Rp 20.000,-)
Composite Depreciation
Jika dalam metode Group, aktiva tetap yang dikelompokkan adalah kejis maka dalam metode ini aktiva tetap yang dikelompokkan itu tidak sejenis. Penyusutan dihitung dengan mencari rate lebih dahulu. Rate ini dapat dihitung sebagai berikut :
Contoh :
Aktiva | Harga Pokok | Nilai Residu | Yang dihapuskan | Taksiran Umur | Penyusutan per tahun |
Mesin | 100.000 | 5.000 | 95.000 | 5 | 19.000 |
Equipment | 300.000 | 20.000 | 280.000 | 7 | 40.000 |
Alat-alat | 600.000 | 40.000 | 560.000 | 10 | 56.000 |
Total | 1.000.000 | 65.000 | 935.000 |
| 115.000 |
Dari contoh di atas Composite depreciation yang diperhitungkan dari Cost adalah Rp 115.000,- (:) Rp 1.000.000,- = 11,50%. Sedangkan rata-rata unsur aktiva tetap adalah : Rp 935.000,- (:) Rp 115.000,- = 8,13 tahun.
Dalam metode ini penyusutan dihitung 11,50% x harga pokok. Penyusutan ini harus dicatat dalam perkiraan tersendiri untuk setiap aktiva tetap. Jika terjadi penarikan salah satu aktiva tetap yang dikelompokkan ini maka di Jurnal dengan mengkredit perkiraan itu dan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu, dan tidak dicatat laba/rugi pada saat penarikan suatu aktiva tetap itu. Jika pertambahan aktiva tetap dilakukan maka sebaiknya tariff penyusutan pun diubah dengan menggunakan data yang baru tersebut.